Sabtu, 31 Juli 2010
Aplikasi-aplikasi Made in Indonesia
TEMPO Interaktif, Jakarta - Fahma Waluya Rosmansyah menjadi sosok yang unik dalam Indonesia ICT Award 2010 di Jakarta pekan lalu. Dia menjadi juara untuk kategori student project untuk sekolah dasar. Hal ini berkat aplikasi telepon seluler buatannya yang diberi nama Ponsel Ibuku untuk Adikku.
Dari aplikasi Flash Lite Adobe itu, pelajar sekolah dasar ini mengembangkan permainan sekaligus alat belajar. Dari utak-atiknya, Fahma membuat aplikasi huruf, angka, dan warna. Dia pun mengembangkan EnglishForKids dan Doa Muslim di ponsel.
Fahma salah satu pemenang dari lomba yang berlangsung sejak empat tahun lalu itu. Kali ini panitia menilai 626 karya yang diajukan peserta berlatar belakang siswa sekolah dasar hingga profesional. Ada 21 kategori yang dilombakan, antara lain robotic, e-government, e-health, e-business, dan animasi.
Kali ini panitia menambah beberapa kategori, seperti interaktif media, game, musik digital, dan aplikasi untuk ponsel. Aplikasi ponsel menjadi salah satu yang banyak diikuti. "Ini karena operator juga membutuhkan konten atau aplikasi ponsel. Mereka kekurangan konten," ujar wakil koordinator I panitia, Hari S. Sungkari.
Para juara pertama mendapatkan hadiah sebesar Rp 30 juta dan penghargaan. Selain itu, panitia akan memberikan tambahan pelatihan kewirausahaan kepada peserta yang terdaftar selama 6 bulan.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, yang menutup lomba, berharap industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat berkembang pesat. Keyakinan Pak Menteri Hatta didorong oleh kekayaan dan keanekaragaman Indonesia untuk membuat materi atau konten yang unik.
Hatta semestinya tidak berhenti pada wacana. Maklum, selama ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pembantunya kerap memberi pernyataan tentang pentingnya teknologi komunikasi dan informasi serta industri kreatif. Namun, di depan mata, Indonesia terus kebanjiran gadget dan perangkat keras teknologi ini. Untuk perangkat lunak, tak ada produk dalam negeri yang bisa dibanggakan.
Padahal sejumlah negara di Asia sudah berada di jalur cepat. Sebut misalnya Korea Selatan, Taiwan, India, dan Cina.
Bahkan Bangalore di India telah mengungguli Lembah Silikon, Amerika Serikat, dalam hal jumlah profesional TIK. Lembah silikon India memiliki 150 ribu ketimbang 120 ribu profesional TIK di California.
Kota Bangalore menjadi lokasi favorit perusahaan multinasional yang mensubkontrakkan pekerjaan. Termasuk General Electric, yang menanamkan US$ 80 juta untuk membangun pusat penelitian dan pengembangannya di Bangalore dan mempekerjakan 1.600 tenaga lokal.
Fahma Waluya dan pemenang ICT Award sudah menunjukkan kualitas manusia Indonesia. Tugas pemerintah mensinergikan dunia bisnis dan akademisi sehingga produk teknologi dan komunikasi buatan Indonesia menguasai pasar dalam dan luar negeri. Meminjam bahasa Fahma, teknologi itu untuk bangsaku.
Kamis, 29 Juli 2010
Vietnam Larang Game Online
Luu Vu Hai, pejabat dari Kementerian Informasi dan Komunikasi, Kamis, 29 Juli 2010, mengatakan bahwa keputusan untuk memberangus game-game online diambil menyusul keluhan masyarakat mengenai pengaruh negatif game tersebut pada anak muda.
Kementerian Informasi dan Komunikasi Vietnam untuk sementara berhenti memberikan lisensi untuk game online sambil menunggu peraturan baru diterapkan. Iklan game online juga dicekal, dan penyedia layanan internet diperintahkan untuk mencabut akses web ke toko-toko yang menjual game online setelah pukul 11 malam.
Tahun lalu, media-media di Vietnam mengabarkan beberapa peristiwa pembunuhan dan perampokan yang dilakukan oleh anak-anak muda. Generasi muda ini membutuhkan uang untuk bisa memainkan game online favorit mereka.
Ada satu kasus yang paling mengenaskan saat seorang remaja putri berusia 15 tahun dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara. Pasalnya, remaja putri tersebut tega mencekik tetangganya, gadis kecil berusia empat tahun, dan mengambil anting-anting senilai US$10 yang dikenakan korban. Anting-anting itu dijual untuk membiayai hobi bermain game gadis remaja itu.
Para remaja di ibukota Hanoi juga sering terlihat antre di depan toko-toko game. Di kota berpenduduk tujuh juta orang tersebut, terdapat lebih dari tiga ribu toko game yang beroperasi. Pemerintah setempat sejauh ini telah memberikan lisensi pada 22 perusahaan game dan 93 game. (Associated Press | umi )
Senin, 26 Juli 2010
HP Ciptakan Layar Fleksibel Tenaga Surya untuk Tempur
TEMPO Interaktif, New York - Sebagian besar konsumen menyukai gadget dengan cara terus mendapatkan produk yang tipis dan ringan. Tapi tentara-tentara yang menggunakan gadget di tengah-tengah medan pertempuran menuntut yang lebih untuk menyesuaikan dengan situasi yang ekstrim.
Itu sebabnya Hewlett-Packard mengatakan sedang mengerjakan prototipe dari layar komputer bertenaga surya yang ringan dan dapat dipasang di sekitar pergelangan tangan seorang prajurit.
Dengan layar fleksibel, tebal hanya sekitar 200 mikron (1 mikron= seperseribu milimeter) dapat menampilkan data seperti peta atau arah. Komputer ini akan dilengkapi dengan sel surya.
"Para prajurit di infanteri membawa baterai dan gadget dalam jumlah besar yang dapat berat sampai 70 pound," kata Carl Taussig, Direktur HP Bidang Informasi Laboratorium yang bekerja pada proyek ini. "Kita bisa membuatnya untuk mereka agar lebih mudah."
Taussig mengatakan prototipe pertama akan ditawarkan kepada pihak militer awal tahun depan. "Akan menampilkan teknologi layar menggunakan tinta. Tapi akan diproduksi menggunakan proses roll to roll, mirip dengan cara tinta yang dicetak di atas kertas," jelasnya.
Menampilkan layar yang fleksibel, seperti kertas -hampir seluruhnya terbuat dari plastik. Pihak Angkatan Darat telah mendanai penelitian di Arizona State University untuk tampilan yang fleksibel pada layar sehingga dapat digulung dan dimasukkan ke dalam ransel tentara.
Fleksibilitas bukan hanya keuntungan bagi pengguna. Teknologi ini juga memiliki potensi untuk menyederhanakan proses pembuatan layar.
HP, dan perusahaan lain, seperti Ntera, berusaha untuk menciptakan proses manufaktur yang memungkinkan pembuatan film transistor tipis dan halus pada bahan fleksibel seperti plastik.
Idenya adalah membuat layar yang dapat diproduksi terus menerus, seperti surat kabar yang diterbitkan oleh percetakan, bukannya produksi bertumpuk seperti pembuatan layar secara tradisional, yang lebih mirip seperti memotong kue.
Pembuatan melalui teknologi roll-to-roll akan menghasilkan layar yang tidak hanya bisa menekuk, tetapi juga biaya yang relatif lebih murah untuk diproduksi.
Sel tenaga surya yang diintegrasikan ke dalam sepotong kain akan terhubung ke pergelangan tangan secara fleksibel.
Line Follower Robot dengan PID
Kali ini akan saya bahas robot line follower dengan sistem kontrol PID. Patokan yang saya gunakan berasal dari artikel di Chibots, perbedaannya adalah sistem steering yang digunakan robot. Pada artikel tersebut PID digunakan untuk mengontrol servo rear (steering) dan kecepatan 1 servo belakang (moving). Pada kasus saya, robot menggunakan differential wheeled. Keseluruhan fisik robot (yang diberi nama Semar Mesem ini) dibuat oleh Dadank, saya hanya menulis programnya saja. Saya tidak memegang skematiknya, tapi kurang lebih rangkaiannya terdiri dari:
- Microcontroller ATMega16 dengan clock 4MHz
- L298 untuk driver motor yang terhubung dengan PORD.1 - PORTD.6
- 10 Sensor (menggunakan phototransistor dan LED biru) yang terhubung ke IC LM339 (komparator). 8 sensor terhubung dengan PINA untuk sensor depan, 2 sensor (PINB.5 dan PINB.6) untuk bagian tengah kiri dan kanan ujung.
- LCD 2×16 yang terhubung dengan PORTC
- 4 tactile switch yang terhubung dengan PINB.0 - PINB.3. Switch ini digunakan untuk tombol navigasi menu yang ditampilkan lewat LCD.
Bentuk jadinya robot :
Photo lainnya yang memperlihatkan rangkaian dan gear motor bisa dilihat di sini.
Semar mesem menggunakan 8 sensor di depan untuk mengikuti garis. Lebar garis yang ideal untuk diikuti adalah 1.5 - 2 cm dengan kemungkinan 2 - 3 sensor dapat mengenai garis. Langkah selanjutnya adalah melakukan mapping nilai sensor untuk mendapatkan process variable (PV). Kurang lebih seperti berikut (misal nilai 0 merepresentasikan sensor mengenai garis):
1 | 11111110 (-7) // ujung kiri |
Kondisi ideal pada robot adalah bergerak maju lurus mengikuti garis, dengan kata lain PV = 0 (nilai sensor = 11100111). Dari sini bisa kita asumsikan Set Point (SP) / kondisi ideal adalah saat SP = 0. Nilai sensor yang dibaca oleh sensor disebut Process Variable (PV) / nilai aktual pembacaan. Menyimpangnya posisi robot dari garis disebut sebagai error (e), yang didapat dari e = SP - PV
. Dengan mengetahui besar error, microcontroller dapat memberikan nilai PWM motor kanan dan kiri yang sesuai agar dapat menuju ke posisi ideal (SP = 0). Nah besar PWM ini bisa kita dapatkan dengan menggunakan kontrol Proportional (P), dimana P = e * Kp
(Kp adalah konstanta proportional yang nilainya kita set sendiri dari hasil tuning). Misalkan nilai PWM didefinisikan dari 0 - 255 dengan nilai 0 berarti berhenti dan 255 berarti kecepatan penuh. Dari data nilai 8 sensor yang telah dimapping ada 16 PWM untuk tiap motor. Tapi dalam kondisi real dimisalkan saat sepelan-pelannya motor adalah PWM < 30 dan secepat-cepatnya (maju lurus) adalah 250. Saat PV = 8 atau -8 itu tergantung dari kondisi PV sebelumnya, jika PV lebih besar dari 0 maka, nilai PV adalah 8 dan jika PV kurang dari 0 maka nilai PV adalah -8. Kodenya bisa ditulis secara sederhana seperti berikut:
1 | ... |
Nah dengan mengukur seberapa jauh robot menyimpang dari kondisi ideal, sistem kontrol P sudah diterapkan. Output (berupa nilai PWM) didapat dari perhitungan yang melibatkan hanya variabel P = e * Kp
. Jika pergerakan robot masih terlihat bergelombang, bisa ditambahkan kontrol Derivative (D). Kontrol D digunakan untuk mengukur seberapa cepat robot bergerak dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Semakin cepat bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya, maka semakin besar nilai D. Konstanta D (Kd) digunakan untuk menambah atau mengurangi imbas dari derivative. Dengan mendapatkan nilai Kd yang tepat pergerakan sisi ke sisi yang bergelombang akibat dari proportional PWM bisa diminimalisasi. Nilai D didapat dari: D = Kd * rate
, dimana rate = e(n) - e(n-1)
. Dalam program nilai error (SP - PV) saat itu menjadi nilai last_error, sehingga rate didapat dari error - last_error
Untuk menambahkan kontrol D, program di atas dapat dimodifikasi menjadi :
1 | Kd = 0.8; |
Jika dengan P + D sudah membuat pergerakan robot cukup smooth, maka penambahan Integral menjadi opsional. Jika ingin mencoba-coba bisa ditambahakan Integral (I). I digunakan untuk mengakumulasi error dan mengetahui durasi error. Dengan menjumlahkan error disetiap pembacaan PV akan memberikan akumulasi offset yang harus diperbaiki sebelumnya. Saat robot bergerak menjauhi garis, maka nilai error akan bertambah. Semakin lama tidak mendapatkan SP, maka semakin besar nilai I. Degan mendapatkan nilai Ki yang tepat, imbas dari Integral bisa dikurangi. Nilai akumulasi error didapat dari: I = I + error
. Nilai I sendiri : I = I * Ki
. Jika dinginkan nilai MV = P + I + D
, maka program di atas di modifikasi menjadi :
1 | Kd = 0.8; |
Keseluruhan source code robot Semar Mesem dapat diunduh di sini. Fitur menu belum sepenuhnya ada, silahkan modifikasi sesuai kebutuhan dan sesuaikan formula untuk lpwm dan rpwm dengan kecepatan motor DC yang digunakan. Video Semar Mesem bisa dilihat di sini dan di sana. Penggunaan PID di Semar Mesem masih sangat sederhana, jika dirasa ada yang salah dengan penggunaan PID atau mungkin cara mendapatkan nilai PWM yang tepat dari MV mohon dishare di sini. Knowledge is Belong to the World.
Referensi:
- http://en.wikipedia.org/wiki/PID_controller
- http://www.chibots.org/drupal/?q=node/339
- http://gedex.web.id/archives/2008/07/09/line-follower-robot-dengan-pid/
Mobil Irit ITS, Juara Se-Asia
TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjuarai Shell Eco-Marathon Asia 2010 yang digelar di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia 8-10 Juli 2010. Tim ITS 2 dengan mobil “Sapu Angin2” mencatat rekor mobil teririt dengan jarak tempuh 236.6 km setiap 1 liter bensin, untuk tipe Urban Concept.
Ketua tim ITS 2, Galih Priyo Atmojo yang ditemui Tempo setelah acara pemberian hadiah, menjelaskan bahwa kelebihan mobil mereka adalah bobotnya yang ringan. “Saat inspeksi tadi bobotnya hanya 93 kg,” kata Galih. Selain itu peningkatan kinerja beberapa komponen ditambah dengan efisiensi mesin menjadikan mobil sapu angin 2 unggul dalam kelas Urban Concept diantara mobil 15 universitas ternama Asia.
Selain itu, tim ITS berusaha untuk melakukan inspeksi dan tes sirkuit lebih awal untuk bisa menganalisa dan membuat improvisasi dalam perlombaan. Selain ITS, tim Exia dari Institut Teknologi Bandung (ITB) terpilih sebagai mobil favorit pilihan pengunjung website panitia Eco-Marathon.